3 Tank Tempur Paling Unggul di Dunia, Lengkap dengan Teknologi AI
Berbagai jenis tank di dunia terus bersaing untuk memiliki daya tembak, mobilitas, dan kekuatan yang unggul. Namun, spesifikasi itu tidak lagi sepenuhnya menjadi tolok ukur bagi kategori tank terbaik. Tank tercanggih saat ini ditentukan oleh kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI) dan kemampuan operasi jarak jauh.
Tiga tank paling unggul saat ini berdasarkan kriteria itu adalah KF51 Panther dari Jerman, M1A2 Abrams SEPv3 milik Amerika, dan T-14 Armata yang dibuat Rusia.
Spesifikasi Tiga Tank Paling Canggih
Automasi dan sistem data sensorik tingkat lanjut menjadi kunci integrasi AI. KF51 Panther, Abrams M1A2 SEPv3, dan T-14 Armata memiliki meriam autoloader. T-14 memiliki kemampuan turret tanpa awak. Pada KF51 ditambah dilengkapi dengan teknologi sensor-to-shooter link terbaru.
Sementara itu, M1A2 SEPv3 memiliki teknologi ammunition data link yang memungkinkan cartridge terbaru yang serba guna diprogram ke mode yang berbeda sebelum ditembakkan. AI akan menilai target terhadap jutaan titik data. Teknologi ini secara bersamaan juga mengevaluasi data sensor, kondisi lingkungan, dan kriteria misi untuk menyampaikan amunisi dengan spesifikasi yang tepat ke sistem pengendalian tembakan otomatis secara real-time.
Seiring dengan kapasitas teknologi AI, kemampuan operasi jarak jauh juga menjadi pendekatan strategis yang berbeda di antara tank terbaik saat ini.
Teknologi integrasi drone KF51 memungkinkan pengoperasian beberapa sistem senjata yang dikendalikan dari jarak jauh, termasuk drone amunisi HERO 120. Kemampuannya untuk bekerja sama dengan “wingmen” terintegrasi dengan desain konseptual tank. Dengan demikian, KF51 Panther kemungkinan besar adalah tank tercanggih dibanding Abrams M1A2 SEPv3 dan T-14 Armata.
Sebagai bagian dari model pengembangan tank Abrams, M1A2 SEPv3 mungkin bakal segera mengadopsi teknologi drone. Angkatan Darat Amerika Serikat telah menguji peluncuran drone dari turret. Mereka menggunakan kendaraan lapis baja tanpa awak yang lebih kecil yang juga bisa dioperasikan oleh awak tank sebagai kendaraan pengintai atau tempur.
Sebaliknya, T-14 dirancang untuk beroperasi sendiri dari jarak jauh selayaknya Unmanned Vehicle (UV). Secara keseluruhan, desain konseptual T-14 Armata tampaknya memanfaatkan platform jaringan mandiri.
Meskipun ada risiko keamanan jaringan untuk integrasi lintas platform, pendekatan KF51 dan M1A2 SEPv3 saat ini masih lebih unggul. Sebab, berbagi informasi di jaringan bersama lebih menguntungkan daripada hanya menggunakan jaringan mandiri.
KF51 dan M1A2 SEPv3 sedang dirancang untuk berkomunikasi dengan sensor off-platform maupun on-platform. Selain pencitraan termal, Forward Looking Infrared (FLIR), dan teknologi sensor 360 derajat, KF51 juga memiliki teknologi penglihatan panorama SEOSS yang dapat digunakan pada siang maupun malam hari. M1A2 SEPv3 pun memiliki teknologi Blue Force Tracker (BFT).
Sistem-sistem tersebut sedang dimodernisasi sebagai bagian dari jaringan terpadu. Gambar termal pasukan musuh dari drone KF51, data dari sensor panorama 360 derajat, sensor FLIR, satelit, bahkan informasi dari pos komando terdekat dapat diakses melalui tautan jaringan tank. Semuanya akan diumpankan ke teknologi analisis data AI untuk membantu menginformasikan operasi tank. Hal ini tentu akan menambah kekuatan di medan perang secara signifikan.
Teknologi Lapisan Baja dan Umpan Canggih
Kemampuan perlindungan pasif pada tank-tank tercanggih di dunia tidak lain berkat teknologi lapis baja dan umpan canggih, yakni Explosive Reactive Armor (ERA). KF51 dilengkapi dengan sistem pengaburan asap ROSY, sedangkan T-14 dan M1A2 SEPv3 juga memiliki kemampuan menghasilkan layar asap (smoke screen).
Perlindungan, mobilitas, daya tembak, serta kemampuan AI dan teknologi automasi menjadikan KF51, M1A2 SEPv3, dan T-14 sebagai tiga tank tercanggih di dunia saat ini. Namun di masa depan, tank-tank super lainnya pasti akan bermunculan menyalip spesifikasi mereka.
Tank tercanggih di era mendatang harus menggabungkan AI dan teknologi operasi jarak jauh. Hal itu tentunya harus diiringi oleh teknologi mobilitas, kemampuan bertahan, dan daya tembak yang lebih canggih.
NIA HEPPY | SYAHDI MUHARRAM